URGENSI ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU
PENGETAHUAN
1.
Arti Pendidikan
dan Ilmu Pendidikan
2.
Membahas tentang
urgensi pendidikan dan ilmu pendidikan
3.
Ilmu pendidikan
sebagai science / pengetahuan
I. ARTI PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Sebelumnya
marilah kita pahami dulu istilah pendidikan (paedagogie) dan ilmu pendidikan
(paedagogiek), kedua istilah itu mempunyai makna yang berlainan “ilmu
pendidikan” mempunyai makna sama dengan istilah “paedagogiek”. Sedangkan,
“pendidikan” sama dengan istilah “paedagigie”. Sekarang apakah perbedaannya ?
1. Ilmu
Pendidikan (Paedagogiek)
Ilmu pendidikan lebih menitik
beratkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan, pemikiran bagaimana
sebaiknya system pendidikan, tujuan pendidikan materi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, cara penilaian,
cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, evaluasi. Jadi, disini lebih
menitik beratkan pada teori.
2. Pendidikan
(paedagogie)
Pendidikan diartikan sebagai
penekanan pada aspek belajar mengajar dan lebih menekankan dalam hal praktek.
Tetapi, keduanya tidak bisa dipisahkan secara jelas, dan harus dilaksanakan
secara berdampingan, saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
a. Arti
pendidikan secara etimologi
Paedagogie berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya arah, dan “again” artinya membimbing.
Jadi, paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
b. Secara
definitive pendidikan (paedagogie) diartikan oleh para tokoh pendidikan :
1. Ki
Hajar Dewantoro
Mendidik adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
2. Langeveld
Mendidik adalah mempengaruhi anak
dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha
yang didasari dan dilaksanakan dengan senagja antara orang dewasa dengan anak /
yang belum dewasa.
3. GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
Menurut
pandangan penulis, pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja, serta penuh tanggungjawab yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai
kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus – menerus.
Pada
umumnya masalah pendidikan dapat dibahas melalui 2 segi :
1) Segi
pengertian pendidikan
a. Dari
segi epistimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike” yang
terdiri dari dua kata yaitu : “Paes” yang berarti “anak” dan “ago” yang berarti
aku membimbing. Jadi, paedagogike berarti aku membimbing anak. Jika kata ini
diartikan secara simbolis, maka perbuatan mendidik yang tugasnya hanya untuk
membimbing saja, dan kemudian ada suatu saat harus melepaskan anak itu kembali
(ke dalam masyarakat).
b. Dari
segi essensial, mendidik dapat dirumuskan sbb :
1)
Prof. Dr. M.Y.
Langeveld : mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usahanya membimbing anak,
agar supaya menjadi dewasa.
2)
Prof. Y.H.E.Y.
Hoogeveld: mendidik adalah membantu anak, supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri.
3)
Dr. Sis Hyster :
mendidik adalah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar ia kelak mendapat
kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan
tidak mengganggu orang lain.
4)
Prof. S. Brojo
Nagoro : mendidik adalah member pertumbuhan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan
perkembangan, sampai tercapainya suatu kedewasaan dalam arti jasmani dan
rohani.
Dari
keempat rumusan tentang mendidik, dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan adalah
: pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang
bertanggungjawab kepada anak didik.
(prof.
Zahara Idris MA. Dasar-dasar Kependidikan. Angkasa : Bandung. 1984, hal 9-10)
Selanjutnya
dalam setiap rumusan Nampak adanya dua pengertian : tugas / fungsi mendidik dan
intense / tujuan mendidik. Dalam intense itulah kita dapatkan tugas pembentukan
terhadap pribadi anak didik, dan tugas lain adalah menyerahkan kebudayaan
kepada generasi berikutnya (generasi muda) dan mempunyai sifat reseptif,
selektif dan continous. Maka setiap pergantian generasi selalu ada inovasi,
selalu terdapat perubahan dan perkembangan.
2) Segi
pendangan pendidikan terhadap sasarannya
Pendidikan terhadap
ssasarannya dititik beratkan pada anak didik. Anak didik adalah manusia muda,
manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada tahap
maksimal. Maka dari itu, pendidikan atau mendidik itu disebut suatu perbuatan
funsamental. Pelaksanaan pendidikan adalah perjumpaan diantara aktifitas
pendidik dan aktifitas anak didik.
Disamping itu,
pendidikan juga memandang bahwa anak didik itu memiliki sifat-sifat
individualitas, sosialitas, moralitas d an unisitas.
II. URGENSI PENDIDIKAN
- Secara
mikro
1. Segi
Anak
Anak adalah
makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan penting sekali. Sehingga
anak sangat memerlukan bantuan tuntunan maupun dorongan dari orang lain demi
mempertaruhkan hidup dengan mendalami belajar setahap demi setahap untuk
memperoleh kepandaian, keterampilan dan pembentukan sikap.
2. Segi
Orang tua
Orang tua sangat
berperan penting dalam pendidikan anak, sehingga ada tanggung jawab moral atas
hadirnya anak yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara
dan dididik sebaik-baiknya.
- Secara
Makro
Pendidikan
mempunyai arti yang sangat penting untuk menciptakan seorang individu yang mandiri. Antara lain : to know, to do,
to be, to life together.
III. URGENSI ILMU PENDIDIKAN
-
Untuk
Pengembangan Individu
1.
Adanya kemampuan
dan potensi dasar yang ada pada manusia, seperti intelek, imaginasi, fantasi,
sikap, kehendak dan dorongan.
2.
Adanya usaha
pengembangan potensi, sehingga terwujud kemampuan yang nyata yang sudah
dimiliki oleh kehidupan manusia dari generasi- kegenerasi.
Atas dasar itu
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
tidak mungkin dapat dijumpai suatu kehidupan masyarakat adanya kegiatan
pendidikan.
-
Bagi Pendidik
Pada Umumnya
Dengan
memahami pendidikan pedidik dapat memudahkan praktek pendidikan dengan bekal
ilmu pendidikan sehingga praktek pendidikan dapat teratur dan sistematis menuju
tujuan yang ditetapkan dan dengan rasa kecintaan pada diri pendidik terhadap
tugasnya, terhadap anak didik dan terhadap kebenaran.
Seorang
tokoh dari Negeri Kincir Angin (Belanda) yang bernama Lingthart mengatakan :
pendidikan adalah soal kecintaan, kebijaksanaan dan kesabaran. Kebijaksanaan
dan kesabaran berkembang subur, apabila didukung oleh kecintaan.
Urgensi
ilmu pendidikan bagi pendidik juga dapat menghindari dari banyak kesukaran dan
kesalahan dalam melaksanakan praktek pendidikan.
-
Arti Penting
Bagi Pembangunan Bangsa
Dengan
bekal ilmu pendidikan disetiap individu akan menjadikan pembangunan bangsa yang
lebih berkembang dan maju. Begitu pentingnya pendidikan, maka pemerintah telah berusaha keras untuk
meningkatkan usaha pemerataan pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan disetiap
tingkat pendidikan, meningkatkan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat dan meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan
pendidikan disemua jenjang pendidikan.
IV. ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI SCIENCE (ILMU PENGETAHUAN)
a. Ilmu
pendidikan memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan
Ilmu
pengetahuan harus mempunyai syarat adanya obyek ilmu pendidikan, metode
penelitian dan sistematika.
1. Obyek
Ilmu Pendidikan
a. Obyek
material
Pendidikan merupakan aktifitas /
kegiatan si pendidik secara sadar membawa anak didik kea rah kedewasaan. Anak
didik adalah manusia, berarti obyek ilmu pendidikan adalah manusia. Tetapi,
menusia juga mejadi objek ilmu-ilmu social selainnya. Dimana manusia adalah
obyek material ilmu pendidikan.
b. Obyek
Formal
Adapun obyek formal ilmu pendidikan
adalah problema-problema yang menyangkut apa, siapa, mengapa, dimana. Bilamana
hubungannya dengan usaha membawa anak didik pada suatu tujuan. Dengan kata
lain, obyek formal ilmu pendidikan adalah kegiatan manusia dalam usahanya
membawa / membimbing manusia lain kepada kearah kedewasaan, yaitu terlepas dari
ketergantungan kepada manusia lain.
2. Metode Penelitian
Metode
penelitian misalnya adalah metode eksperimen yang digunakan untuk menyelidiki
dalam bidang metode pengajaran system pendidikan dan lain-lain. Dalam
menganalisa data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan
datanya dengan pola berfikir induktif.digunakan Ilmu pendidikan praktis sedang
pola berfikir deduktif digunakan ilmu pendidikan teoritis.
3. Sistematika
Dengan
menggolongkan problema atau berbagai masalah ke dalam beberapa unsure komponen
dan dengan pembahasan masalah demi masalah ilmu pendidikan, menunjukkan bahasa
ilmu pendidikan itu telah menggunakan sistematika.
Para
ahli berbeda dalam menyusun sistematika ilmu pendidikan dan juga ilmu – ilmu
yang lain, seperti :
a. Dr.
M.J. Langevedl dalam bukunya “Beknople Theorische Paedagogiek”
b. John
Dewey dalam bukunya “Democraty and Education” dan sebagainya.
Dengan
demikian, ilmu pendidikan telah memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu
pengetahuan, maka ilmu pendidikan terhitung sebagai ilmu pengetahuan yang
otonom (yang berdiri sendiri).
b. Kedudukan
Ilmu Pendidikan Pada Ilmu Pengetahuan
Dari
masake masa Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan banyak ilmu pengetahuan baru
yang muncul memisahkan diri dari induknya. Munculnya ilmu pengetahuan baru itu
karena memenuhi syarat maka ia berhak berdiri sendiri.
Apabila
kita perhatikan pembagian / penggolongan ilmu pengetahuan menurut beberapa
tokoh, dapat kita ketahui kedudukan ilmu pendidikan pada ilmu pengetahuan
sebagai berikut :
1. Menurut
Dr. Sutari Imam Bernadib dan Drs. Piet A Sahertian
Menurut Dr.
Sutari, ditinjau dari segi pengalaman ilmu pendidikan termasuk empirical
science.
Ilmu pengetahuan
empiris ialah ilmu pengetahuan yang terkait dengan obyek tertentu yang terdapat
dalam pengalaman. Ilmu pengetahuan empiris terbagi menjadi dua :
a. ilmu-ilmu
pengetahuan alam
b. ilmu-ilmu
pengetahuan rohani
Dari segi lain,
ilmu pendidikan cenderung kepada ilmu pengetahuan praktis, karena yang
diuraikan didalam ilmu ini cenderung untuk dilaksanakan.
c. Hubungan
Teoritis dan Praktis
Hubungan
teoritis dan praktek sangat erat, sebab teori pendidikan sebenarnya berasal
dari realitas sehari-hari. Realitas pendidikan sehari-hari diselidiki,
dikumpulan, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan. Sehingga, terbentuklah
teori pendidikan. Teori praktek saling mempengaruhi dan membantu artinya, teori
pendidikan dapat digunakan untuk mengontrol praktek pendidikan dan praktek
pendidikan dapat menggunakan teori pendidikan. Bahkan, Mangkunegoro IV dalam
bukunya Wedakama menyatakan “Ngelmu itu lakone kanthi laku” yang maksudnya
teori itu harus dipraktekkan dalam perbuatan.
Prof.
Gurning menyatakan, teori tanpa praktek itu hanya bagi orang yang luar biasa
(genius) dan praktek tanpa teori itu hanya bagi orang yang gila.

